Ad Code

Sajak Bahasa Sunda Singkat Pilihan Lengkap!

 

Sajak Bahasa Sunda Singkat Pilihan Lengkap!

Sajak Sunda adalah salah satu bentuk karya sastra karangan dalam bentuk puisi atau dalam bahasa sundanya di sebut dengan ugeran yang di ungkapkan lewat imajinasi dari pengalaman batin si pengarang sajaknya. Sajak dalam bahasa sunda tidak terikat oleh aturan atau patokan-patokan tertentu.

Mengapa sajak disebut karangan ugeran atau bentuk puisi? Sebab dalam sajak ada hal-hal yang harus diperhatikan, diantaranya yaitu diksi atau pemilihan kata dan wirahma. Wirahma yaitu kombinasi antara turun naiknya suara saat membacakan sajak, panjang pendeknya suara agar selaras untuk mencapai keindahan dalam sajak.

Wirahma nya éta kombinasi turun-naékna, panjang-pondokna, jeung tarik halonna sora dina maca sajak.

Daftar Isi 

  • 1 Sajak Bebas
  • 2 Sejarah Sajak
  • 3 Cara Membuat atau Menulis Sajak
  • 4 Cara Membawakan Sajak
  • 5 Contoh Sajak Bahasa Sunda Singkat
    • 5.1 Sajak Basa Sunda
    • 5.2 Sajak Ngudag Cita-cita Karya Kustian
    • 5.3 Sajak Tentang Corona Bahasa Sunda
    • 5.4 Sajak Sumedih karya Unknow
    • 5.5 Sajak Hirup (Kampung tumaritis)
    • 5.6 PAMAYANG (Karya : Rachmat M. Sas. Karana)
    • 5.7 LAGU HIRUP (Karya : Eddy D. Iskandar, 1992)
    • 5.8 PANGBALIKAN (Karya : Wahyu Wibisana, Ciawang)
    • 5.9 Sajak Sariak Layung
    • 5.10 Sajak Keur Bapa (WARISAN BAPA) Karya: Ato Suharto
    • 5.11 Sajak Bahasa Sunda dan Artinya

Sajak Bebas

Sajak atau bentuk puisi dalam bahasa sunda ini juga sering di sebut dengan sajak bebas. Disebut bebas karena sajak tidak terikat oleh aturan seperti pada jumlah baitnya, jumlah suku katanya, dan persamaan suara pada ujung di setiap barisnya.

Bebas disini tentu saja relatif juga pengertiannya. Misalnya, apabila sajak dibandingkan dengan guguritan yang ditulis dalam bentuk pupuh, jelas sajak itu lebih bebas, atau umpamanya dibandingkan dengan sisindiran, sajak tidak terikat oleh sampiran dan isi, atau jika dibandingkan dengan mantra, sajak tidak begitu terikat oleh aturan kata yang mengandung kekuatan gaib, atau diucapkan untuk tujuan-tujuan khusus yang berhubungan dengan kepercayaan.

Sajak heunteu kauger ku jumlah padalisan dina sapadana, jumlah éngang dina unggal padana, atawa sora tungtung dina unggal padalisan.

Jadi, sajak hanya terikat oleh diksi dan wirahma saja, oleh sebab itulah tidak disebut sebagai wangun lancaran atau bentuk prosa. Wirahma menjadi ciri utama dalam sajak terasa sangat menonjol, bisa jadi karena ini adalah bentuk kata puisi-puisi, atau bisa jadi seperti yang ada pada pupuh tidak dipakai.

Sejarah Sajak

Awalnya keberadaanya sajak itu tidak populer bahkan tidak diterima oleh masyarakat sunda di jawa barat, berbeda dengan cerita pondok atau carpon yang langsung di terima. Alasannya, adalah karena sajak bukan bentuk karya sastra asli dari orang sunda.

Alasan yang tidak diterima oleh akal, sebab dalam kenyataannya guguritan yang dulunya dianggap sastra asli orang sunda juga merupakan pengaruh dari sastra jawa. Seiring berjalannya waktu, kepopuleran sajak di tengah masyarakat sunda semakin berkembang, bahkan menyaingi guguritan, ini terjadi setelah bangsa indonesia merdeka, terutama setelah sajak sunda yang pertama kali di tulis oleh Kis Ws pada tahun 1946 dalam sebuah majalah saat itu.

Baca juga: Ini Adalah Sejarah Sajak Sunda Yang Pertama Kali di Tulis Tahun 1946

Saat dimuat dalam majalah dan surat kabar, dari sanalah juga sajak dalam bahasa sunda ini mulai di buku-kan. Memang, umumnya buku kumpulan puisi sunda ini merupakan kumpulan sajak yang sebelumnya sudah dimuat dalam beberapa surat kabar atau majalah sunda sebelumnya.

Buku Sajak Wedalan Geger Sunten

Pada tahun 1992, pernah terbit buku antologi dengan judul “Saratus Sajak Sunda” yang diterbitkan oleh CV. Geger Sunten dan di editori oleh Abdullah Mustapa, isinya memuat 100 judul sajak Sunda. Sajak-sajak ini ditulis oleh para pengarang sunda pada masa sesudah kemerdekaan, hingga sampai pengarang terbaru di tahun 1990-an.

Dilihat dari judulnya, buku ini sekaligus merupakan sebagai bentuk untuk memperingati sajak sunda yang sudah menginjak umur 46 taun. Bentuk sajak dalam sastra sunda ini awal mula hadir sekitaran tahun 1946-an, dan hingga sampai sekarang ini, sajak dapat disebut sebagai salah bentuk puisi paling populer dalam pertemuan sastra pada budaya sunda.

Cara Membuat atau Menulis Sajak

Meskipun dalam sajak itu tidak terikat oleh aturan, akan tetapi dalam membuat sajak terdapat unsur-unsur yang perlu kita perhatikan yaitu: Tema, suasana, imaji, simbol, serta pemilihan kata yang sesuai atau indah seperti yang mengandung wirahma, murwakanti, dan gaya bahasa.

Dibawah ini akan dijelaskan langkah-langkah apa saja perlu kita perhatikan ketika akan membuat maupun menulis sebuah sajak dalam bahasa sunda berdasarkan dalam unsur-unsur yang ada dalam suatu sajak :


Pilih dulu temanya apa?

1. Tentukan, tema apa yang akan kamu pilih dalam sajak yang akan kamu buat? Tema sajak banyak sekali yang bisa di pilih. Contohnya misalnya: sajak tentang alamsajak tentang lingkungan sekolahtentang cita-cita atau impiantentang cintatentang pahlawantentang ibutentang gurupangajaran,  dan lain sebagainya.

Tentukan Suasananya apa?

2. Sesudah menemukan dan memilih tema yang akan di tulis, kemudian tentukan suasana yang akan di tunjukan dalam sajak yang akan kamu buat tersebut. Misalnya, apa mau suasananya sedih atau mau menggunakan suasana gembira. Silahkan ditentukan.

Gunakan imajinasimu!

3. Gunakanlah imajinasi kamu dalam menulis sajak, apakah itu mau menggunakan imajinasi penglihatan, pendengaran, ataupun dengan perasaan, kemudian tuangkan ke dalam tulisan. Namun perlu memperhatikan point nomer 5 saat menuliskannya.

Gunakan simbol

4. Gunakanlah lambang atau simbol, misalnya saat akan menunjukan suasana atau keadaan satu orang.

Gunakan kata yang indah?

5. Yang terakhir, gunakanlah dan pilih kata-kata yang sesuai, enak atau indah, seperti kata-kata yang mengandung wirahma, murwakanti dan gaya bahasa.

Baca juga: 

Cara Membawakan Sajak

Cara Membawakan Sajak

Setelah kita mengetahui tentang cara menulis atau membuat sajak dalam bahasa sunda, dalam membawakan atau membaca sajak juga ada beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan loh! Diantaranya yaitu seperti: Lafal, intonasi (lentong) serta cara menjiwai isi sajak.

Berikut adalah tehnik yang perlu kita perhatikan saat membaca sajak, diantaranya adalah :

Perhatikan dan hayati?

1. Perhatikan dulu isi sajaknya, selanjutnya dihayati atau dipahami, baik itu maksud atau suasana dalam sajak yang akan di bawakan tersebut.

Artikulasi harus benar?

2. Artikulasi dalam membaca sajak juga harus benar, karena memiliki peran penting agar pendengar atau audiens dapat memahami dengan jelas apa yang diucapkan oleh si pembaca sajak tersebut.

Artikulasi ini meliputi intonasi atau bahasa sundanya “lentong” yakni maksudnya kita harus dapat memperhatikan tinggi rendahnya suara dalam pengucapan, pelafalan dan kefasihan dalam pengucapan, suara kita harus jelas saat pengucapan huruf-huruf vokal. Sehingga sajak akan terdengar oleh audiens.

Rima

3. Merupakan suatu cara dimana kita harus dapat mengatur tinggi atau rendahnya suara serta memberikan tekanan pada kata kata yang dianggap cocok. Seperti yang telah dijelaskan diatas, membaca puisi berbeda dengan membaca teks biasa karena puisi terikat rima dan irama sehingga dalam membaca puisi tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.

Jeda dulu, Atur nafasmu?

4. Jeda atau randegan dalam bahasa sunda artinya berhenti sejenak, jadi jangan terlu cepat dan jangan terlalu lambat. Ini bertujuan untuk mengatur Pernafasan. Jadi, pernafasan kita harus diatur agar tidak tergesa-gesa. Sehingga tidak akan mengganggu dalam pembacaan sajak nantinya.

Mana ekspresinya?

5. Ekspresi wajah harus sesuai dengan isi sajak, sajak sedih ya ekspresinya sedih, begitupun sebaliknya. Awas jangan sampai kebalik yaa? 🙁

Contoh Sajak Bahasa Sunda Singkat

Contoh Sajak Bahasa Sunda Singkat

Sajak Sunda

Beberapa bentuk puisi yang sering kita lihat memang umumnya menggunakan bahasa indonesia. Nah, berikut ini adalah kumpulan sajak dalam bahasa sunda yang mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk bahan referensi kamu ketika mendapat tugas menulis sajak berdasarkan dengan tema di sekolah, karna sajak dibawah ini akan menggunakan tema yang berbeda-beda.

Baiklah, langsung saja disimak contoh sajak bahasa sunda, silahkan kamu bisa berdiskusi dan memperhatikan setiap unsur yang ada dalam puisi atau sajak dibawah ini bersama teman-teman mu. Selamat membaca!

Sajak Basa Sunda

“Miara Basa”

Basa sunda basa daérah urang
Ayana dipropinsi jawa barat
Sering nu nyebut basa priangan
Aya ogé nu maké di cerebon jeung banten

Saha baé kudu miara basana
Urang kudu ngarasa reueus
Nagara jadi beunghar ku budaya basana
Dina globalisasi basa sunda mageunah idéntitas bangsa
Alhamdulillah, mugia tetep manggung dipropinsina

Sajak Ngudag Cita-cita Karya Kustian

“Ngudag Cita-cita”

Neuteup pinuh sumanget
Ngajalankeun kahirupan ieu
Sanajan pinuh ku cocoba
Pikeun ngahontal hiji cita-cita

Neuteup pinuh ku harepan
Pikeun ngahontal sahiji impén
Dina ngawujudkeun hiji kahayang
Pikeun mangsa hareup anu gumilang

Ngan hiji harepan anu kuring cekel
Sarta niat kasucian dina jero heté
Lengkah pinuh ku kayakinan
Pikeun ngudag hiji cita-cita

Sanajan jauh ti tinggurilapna harta
Moal eureun kuring ngudag cita-cita

Sajak Tentang Corona Bahasa Sunda

“Korona Karya Kang Emin”

Kaum muslimin muslimat
Hayu urang ningkatkeun ta’at
Geura giru urang tobat
Tina dosa jeung maksiat
Alam dunya keur geunjleung
Ku panyakit matak keueung
Virus corona keur mangkreng

Nyebar alabatan wereng
Ulah gempar tetep tenang
Tapi ulah ngaganggap gampang
Bisa jadi virus nyerang
Upami alloh miwarang

Ku kituna pék caketan
Alloh nu maha rohman
Usaha batin sasarengan
Ku ngajaga kasehatan

Mun pareng rék udar-ider
Boga wudhu masing angger
Dicadar atawa di masker
Awak séhat, cageur, bageur

Mugi gusti ngahampura
Abdi sadar jeung rumasa
Awak bobolokot ku dosa
Nu matak datang bencana

“Corona Karya Dani R”

Virus corona asal ti china
Ayeuna aya di mana-mana
Ku ayana virus corona
Ayeuna urang teu bisa kamana-mana
Sakola, gawe, kudu di arimahna
Kudu kumaha urang ayeuna?

Hayu urang sami-sami panjatkeun du’ana
Serahkeun kanu kagunganana
Kanu ngusik malikeuna
mugia urang sadayana
di tebihkeun tina bencana virus corona

Sajak Sumedih karya Unknow

“Sumedih”

Dina lolongkrang waktu
Aya méga mendung
Dina lolongkrang haté
Aya rasa nu teu kapaliré

Sedih kadenge na haté
Jiwa nu teu kawasa
Asa napak, asa heunteu
Kabeh asa beurat

Takdir teu bisa di pungkir
Kadar teu bisa di singlar
Waktu teu bisa di dagoan
Wanci teu bisa di gantian

Sajak Hirup (Kampung tumaritis)

“Hirup”

Dihirupan lain teu ngahaja
Diciptakeun lain di aya aya
Teu hade katungkul ku sumoreang ka tukang
Teu hade katungkul ku ngagugulung udagan

Waas ku ngajul bentang
Tapi teu inget kana daratan
Reueus ku ngahontal kahayang
Tapi teu eling kana ageman

Poma eling mangka eling
Baheula kudu jadi pepeling
Ayeuna sing jadi panggeuing
Isukan tong ngagugu kapusing

Ulah ngukut nafsu kapegung
Kahayang moal manggih tungtung
Sing tarati tur gumati
Turut tinumut ukur ka Gusti

Hirup teh cita-cita
Ngudag ngudag mangsa jeung rasa
Hirup teh ibadah Rela ikhlas ngumawula

PAMAYANG (Karya : Rachmat M. Sas. Karana)

“PAMAYANG”

Bulan imut, ngangkleung di langit
Budak ulin di buruan
Angin darat muru ka laut
Pamayang nyolendang korang

Parahu leutik laju nyiriwik
Nganteur usaha di sagara
Warna perak‘na beungeut ombak

Beuteung lauk tingborelak
Nu jadi harepan pikeun kahirupan
Laut lega paparin Pangeran

LAGU HIRUP (Karya : Eddy D. Iskandar, 1992)

“LAGU HIRUP”

Unggal poe unggal lengkah
nataan tanggal dina kalender
angger aya nu diarep-arep
ari umur melesat henteu kajeueung

Dina beja dina carita
teu weleh aya nu miheulaan
warna-warni kajadian. Teu kapireng
da puguh katalimbeng rusiah

Dina sakeclak cimata. Aya kasedih
nu teu kedal. Dina kongkolak
kahirupan. Aya nu miang
teu mulang deui

PANGBALIKAN (Karya : Wahyu Wibisana, Ciawang)

“PANGBALIKAN”

Iuh, iuh gunung kuring
angin ulin dina embun-embunan
sawaktu-waktu kuring kudu nepungan
dumeh hirup halabhab cinta
di maranehna nya ayana

Aya sababna kuring tibelat
aya sababna kuring pegat
tapi nu ahir lain kaabadian
kakasih dina hate ngawih deui

Iuh, iuh gunung kuring
nyata, nyata tanda-tanda
ngabalungbung jalan hirup
nepi ka nyawa rek asup
ka maranehna kuring rek balik
ka maranehna kuring rek pamit

“SILIH TULUNGAN”

Nyiruan dina pancuran
titeuleum méh baé paéh
Titiran nenjo Nyiruan
kanyaah mapaés haté.

Geuwat metik dangdaunan
diragragkeun kana cai
ngarayap éta Nyiruan
teu tulus nemahan pati.

Titiran ku paninggaran
diintip-intip dipanah
Nyiruan mulang tarima
nyeureud bitis paninggaran.

Paninggaran ngagurubug
teu tulus manah Titiran
geus lésot kabéh bangbaluh
lantaran silih tulungan.

“Kakang”

Gurat angin jadi haleuang
Asih urang dina dalingding

Halimun jadi panuyun
Kana hemana salira

Katampi deudeuh nu geugeut
Dimumulé dina haté

Cahaya natrat sumirat
Nyaangan bagja dua’an
Mugia ulah lekasan…

Sajak Sariak Layung

“SARIAK LAYUNG”

Hiliwir Angin Ngadalingding
Rep Kareueus Neja Mikarasa

Sumerah Diri Sumangga Raga
Gulita nu Nangtayungan

Lungkawing Asih Nyumaramahan
Katresna Minuhan Jiwa

Mikawanoh Ati Munel Na diri
Jirim Sumanding Dalingding tingtrim

Natrat Kembang Kahèman
Notok Kana unggal implengan.

Sajak Keur Bapa (WARISAN BAPA) Karya: Ato Suharto

“Keur Bapa”

Bapa..

Bobolokot ku kesang
Sirah dijeun suku
Teu gedag ku rasa hoream
Ikhlas lain reka nu dipulas
Anjeun nyorang harungan
Pikeun kuring sangkan hirup sugema

Bapa..
Anjeun eunteung kahirupan
Ciri sajati lalaki
Anu satia tur tanggung jawab
Kana kodrat pamingpin kulawarga

Bapa..
Kaluhungan anjeun
Dina majuangkeun kulawarga
Warisan nu pohara mahal hargana
Harta eta bakal dimumule
Pikeun wariskeuneun anak incu engke

Sajak Bahasa Sunda dan Artinya


Dalam contoh sajak ini menggunakan beberapa rupa gaya bahasa sunda yang lebih dalam, misalnya seperti pemilihan gaya basa landen atau lalanden saat si penulis menjelaskan tentang suatu hal dengan menggunakan perbandingan, berikut contoh sajak beserta dengan artinya. Namun pengarangnya tidak dituliskan.

Sajak Kamanusiaan


“Kamanusiaan”

Kamanusiaan pribadi
Turunan kamanusaan
Moal geser jeung nu sejen
Gumelar ti babaheula
Manca warna geus lila
Tumpur taun ganti taun
Pereum bulan ganti bulan

Ganti bulan ganti landi
Bulan tanggal ganti ngaran
Lalanden ganti lalanden
Eusina mah sabaheula
Nya manusa nya manusa
Alam tujuhna sapancuh
Alam salapan sajangkar

Artinya:

Kemanusiaan pribadi
Turunan kemanusiaan
Tak akan berubah dengan yang lain
Muncul sejak dari dahulu
Beraneka ragam warna sudah lama
Habis tahun ganti tahun
Habis bulan ganti bulan

Ganti bulan ganti nama
Bulan tanggal ganti nama
Nama ganti nama
Isinya masih yang dulu juga
Kalau manusia ya manusia
Alam tujuhnya seikat
Alam sembilan sejangk

21. Maneh sorangan
Poe Pangbalesan
Wayahna
Maneh nyiksa
Tong ceurik
Najan males
Budak sorangan
Sakumaha jangji
Maranehanna jalir
Sakumaha sumpah
Nu teu kalampah
Kop tah!
Maneh kudu maturan
Maneh sorangan
Nu kudu mere babales
Salaku Indung awal
22. Cikalna Dunya
Hayang apal maneh saha?!
Tanya indung dunya!
Maneh teh saenyana
Tina kajadian
Kumaha kajadianna?
Indung dunya
Sok ngurilingkeun maneh
Kukuiran sorangan
Teu eureun-eureun
Gara-gara ditubruk
Babaturanna
Sari-sari Indung Dunya
Kalaluar
Nu matak maneh aya
23. Nu Kakalayangan
Saurna Indung Dunya,
Geura ulin, geura ulin
Utun
Sok  geura ibur
Ngarah maneh boga batur
Milu kukurilingan
jeung maneh
Bebas,
Bubudakeun,
Beuki kakalayangan
Resep ka mana-mana
Neang nu teu paruguh
Ngarah boga batur
24. Ngatur Rijki
He.. Angin
Papancen hirup andika
Sebar sumebar rijki
Ti Hyang Rahman
Keur sakum-sakumna
Nu harirup
He.. Angin
Sok ari hayang kakalangan mah
Bari berekeun
Baturan Mega
Ti kulon ka wetan
Ti kidul ka kaler
Jug geura nindak!
25. Angin Timur 
Engke mah kami
Bakal ganti rupa
Tina nu sok ngalayang
Jadi nu laleumpang
Dina mangsa
Geus marengkeun kami
Anggoan raksukan hideung
Ngacaukeun dunya
Nu dipikanyaho kiwari
Kami bakal ngajurit
Neangan perlaya
Ka kaom nu ingkar
Tina kayakinan kami
26. Cahya Carek
Putra kadua
Pareng saenggeus Angin
Purah nyumput
Sakali kaluar
Pikasieuneun
Pasea wae jeung Pertiwi
Turunan Cahya Palita
Sok hayang wae balik
Saenggeus jebul
27. Nyawa Mahluk 
Lir ibarat walungan
Lir ibarat cahaya
Lir ibarat bumi
Lir ibarat cai
Diparengkeun jodo
Jeung Indung Hirup
Jadi nyawa
Sakabeh banda
Aya wae Hirup Sakeudeung
Ngan sakedet netra
Teu kasampak ku manon
Teu kacekel ku salira
Matak reuwas
Nu boga ceuli
Matak raheut ka Pertiwi
28. Ngampar
Saban-saban angin
Kakalayangan
Indung Dunya
Kagungan putra deui
Beda jeung nu cikalna
Bakal jadi batur pasea angin
Resep pisan ngajedog
Cicing teu hejo tihang
Teu kawas lanceukna
Resep ulin
Ieu mah mumul
Resep keneh ngampar
Ngalindungi Indung Dunya
29. Gurat Batu
Panceg
Teteg
Peugeuh
Hayang Matuh
Ka nu jadi indung
Kuat
Moal gampang robah
Nepi ka beulah salira
Panincakan Kahuripan
Luhur dunya
Tempat lumangsung
Gumantungna turunanna
Putra Pertiwi
Putra Langit
Putra Pinilih
Makmurkeun Pertiwi
Tempat babarna
Sang Pohaci bumi
Gumantungna Kahuripan
Alam dunya
30. Leumpang Awan 
Sakuat-kuatna nu hirup
Moal tangtu bakal cicing
Saumur hirupna
Indung Dunya purah kukuiran
Nunutur Dewi Sarangenge
Nunutur Angin
Saeutak-eutik
Lir leumpangna awan
Nu matak nyilakakeun
Oge nu mawa sakur nu hirup
Ka handapeun langit biru
Nu lian
Indung Dunya Nyumput
Geus waktuna
Pareng ayeuna Sang Indung
Teu di panghareupna
Waktuna ngarojong
Ka nu jadi anak
Mere parab ka nu di laluhur
Bari nungguan
Indung Hirup
Ngeclak
31. Batu Mulya  
Anugrah ti Pertiwi
Barabay herang
Taya tandingna
Manik-manik alam
Ngageulis bumi
Ngadangdan dunya
Kadigjayaan
Paagul-agul
Pahade-hade
Kabengbat kahayang
Hayang jago
Sangkan ditempo
Ku balarea
Jadi mumusuhan
Jeung batur sorangan
Demi cita-cita
Kabeh diparat
Mawa Mangpaat
Hyang Rahman
Resep nu mangpaat
Kanjeng nabi
resep ka nu mangpaat
Leuwih hade
Mun bisa mawa mangpaat
Keur nu lian
Kahyangan
Jadi pangbalikan
32. Keclak Cihujan
Angin mapay-mapay dunya
Mamawa Mega hideung
Tina Mega hideung
Lahir
Indung Hirup
Opat puluh poe
Opat puluh peuting
Indung Hirup
Mapay-mapay dunya
Maparinkeun kahuripan
Pikeun Dewi Pertiwi
Ngagugulung Dunya
Cai..
Cai..
Cai..
Meleber ka mana-mana
Ngakeukeup dunya
Jol nu harejo pada lahir
Tujuh puluh bagean
Dikeukeupan
Antukna Dewi Pertiwi
Kagungan deui putra
Putra nu mawa hawa
Kahuripan
33. Hirup Saluyu
Kacipta dina mangsa
Hyang Rahman
Keur mesem manis
Kami kacipta
pikeun jadi
asal nu harirup
Ku cara sakeclak cai
Ka mana-mana
Kami hayu
Cicing di mana wae
Meunang
Ngan kudu ati-ati
Ka Indung Dunya
34. Ati
Babanyo Beresih Ati
Dina diri kami
Kacipta cai suci
Cai suci keur bebersih
Bebersih diri
Tina sagala nu ledok
Ledok lahir
Ledok batin
Ledok manah
Supaya maraneh
Bisa sujud muji
35. Asalna Rijki
Hyang Rahman marengkeun
Hujan turun ka bumi
Bumi nu panas tengange
Nereptep Dewi Sarangenge
Kumbuh jaradi
Nimat Dewata
Awalna rijki
Leubeut daun katingali
Harejo
Pikeun mahluk ngala rijki
Burujul hawa
Pikeun kakuatan lahir
36. Bumi Endah 
Manon kana pamandangan
Nineung ati
Nineung sawarga
Cinta
Tengtrem
Tiis ceuli
Herang mata
Mesemna Hyang Rahman
Di Tatar Parahyangan
Singgasana Rahyang suci
Di palataran Wisnu
Ngantunkeun jenengna
37. Benteng Alam
Narantung jangkung
Sigep mohal ingkah
Najan Indung Hirup
Ngabaya ka Dewi Pertiwi
Mere pangiuhan
Tina tepna Dewi Sarangenge
38. 1000 Sayap 
Nurut ka Rumuhun
Nyaah ka nu someah
Ting haliber
Indung peuting
Mawa beja
Ka sakumna umat
Meberkeun jangjang
Kakalayangan di langit
Dina malem mulya
Rewu pahala
Ngagawean panitah
Ti Hyang Rahman
Tina jangjangna
Sawarga sumebar
39. Dua Malak 
Kami mah aya
Di unggal taktak
Kami mah ningali
Kami mah nyakseni
Kami mah nguping
Kami mah nunutur
Ka mana wae anjeun?
Kumaha wae anjeun?
Nanaonan wae anjeun?
Mere naon anjeun?
Ngomong naon wae anjeun?
Eling teu anjeun?
Pok Hayang Naon?
Gusti Hyang Keresa
Hoyong teu maot
Di angkasa
Gusti Hyang Keresa
Hoyong teu katingali
Ku jalmi-jalmi
Gusti Hyang Keresa
Hoyong hiji turunan Al Jan
Jadi Ratu di hiji langit
Gusti Hyang Keresa
Hatur nuhun
Sadaya puji kagungan
Gusti
40. Bumi Perang 
Bumi nu makmur
Bumi nu subur
Dalapan karajaan
Silih perang
Silih kaniaya
Generasi awal nu kupur
Nganiaya generasi lian
Ijajil mingpin juritan
Prajurit langit ngabinasakeun
Sakabeh bangsa kupur
Ijajil tuluy takabur
Nampik parentah Allah
41. Paturay jeung Sawarga 
Sanes abdi alim sujud
Mung nurutkeun hate
Nurani salira nu nampik
Sadaya-daya kagungan Gusti
Kalebet diri abdi
Abdi mah teu wantun
Bedegong ka Gusti
Joledar ka Gusti
Cinta abdi leuwih ti anjeunna
Sababaraha rewu abdi ngabdi
Naha bet disilih ku nu lian
Upami cinta abdi jadi papait
Abdi mah bade ngantunkeun
Cinta Gusti salamina
42. Pamingpin Anyar 
Geus barinasa
Umat-umat kupur
Dewi Pertiwi sujud ka Gusti
Hoyong pamingpin
Ti golongan kami
Anu langkung kasep
Anu langkung geulis
Anu langkung iman
Najan pondok yuswa
Turunan sawarga sawareh
Pikeun mingpin umat
Dugi ka ahir jaman
43. Bungsu Sajodo
Kami ciptakeun keur maneh
Gaganti keur nu tiheula
Ku Kami dibere pangaweruh
Banda-banda alam
Ku Kami dibere cinta kasih
Pikeun nurunkeun turunan
Pok geura cicing
Di Tatar Eden
Pok geura solawat
Ku Kami dijodokeun
Pok hirup didieu
Hirup sauyunan
44. Musuh Salawasna
Kaburu ku napsu
Kabengbat panggoda
Kapikat manisna pangajak
Hasad ka nu jadi manusa
Teu rido kana takdir
Jangji dugi pati
Nunutur anak Adam
Nyalindung ka nu Maha Agung
Ti musuh nu saenyana
Tina tipu daya
Kana amisna dosa
45. 5000 Taun 
Cinta,
Kanyaah,
Pasea,
Paadu-adu,
Silih ala pati,
Silih babantu,
Roda kahirupan tutuluyan muir
Manusa mah tetep manusa
Lain nu sampurna
  
46. Papasangan Alam
Dua mahluk sajodo
Tina dua pasipatan
Mamanisna hirup
Papaitna jaman
Geus Kadarna
Ti Hyang Widi
Sajodo tina dua
Pasipatan nu bareda
Kacipta kakuatan taya tanding
Ajeg moal lebur
Kasaimbangan nu pinasti
Keur jembar hate
Keur ubar manah
47. Ngalap Kasih
Duh Gusti Pangeran abdi
Abdi dolim ka diri
Gusti Pangeran abdi
Tulungan abdi
Dina pangumbaraan
Milari anu dipiasih
Paparin abdi pituduh
Cinta saendah layung
Keudeung nanging karasa
48. Cinta Salawasna
Hate ihlas bijaksana
Silih nembongkeun pangarti
Panas jeung tiisna
Panceg jeung pangarti
Moal ka nu lian
Mun ka anjeun salawasna
Sanajan teu kacumpon
Sanajan pajauh
Nanjeur salamina dina ati
Mo kaganti mo kasilih
Dina sajak sajak alam
Ku kuring ditepikeun
Kanggo nu manis
Sami-sami sipit
Sami-sami koneng
49. Kasidah
Pami abdi janten langit
Anjeun janten bumi
Pami anjeun kapanasan
Ku abdi dipasih iuhan
Pami anjeun kapanasan
Ku abdi dipasih mega
Pami anjeun kagaringan
Ku abdi dipasih hujan
Pami bidadari kacipta di bumi
Anjeun kalebet salah sahijina
Pami bidadari kacipta di langit
Mun anjeun tandinganna ti bumi
50. Pertiwi
Paturay jeung Sawarga
Na bet kurang kumaha
Kami welas asih
Ka aranjeun
Na bet anjeun jalir kana jangji
Joledar tina piwarang Kami
Sok am buah-buah sawarga
Iwal ti hiji
Bet naha anjeun teu tumut
Geura turun siah
Maraneh mo sakali-kali
Ngambeu tatar kahyangan
Maraneh bakal silih ala pati
Diantara turunan maneh
Maraneh bakal ngarasa kasusah
Salila cicing di Pertiwi
51. Pikeun kamakmuran
Kami dicipta
Ngalangkungan Rahmat
Diselapkeun sababaraha rijki
Pikeun Putra
Putra Langit Putra Pertiwi
Jeung Putra ti Indung Dunya
Siki-siki kahirupan
Dibawa ku kami
Pikeun kamakmuran
Nu bakal jadi pamingpin
Nu ngokolakeun kami sadaya






Close Menu