AKSARA SUNDA DASAR DAN BAKU
Daftar Isi
Aksara Sunda yang pernah digunakan jaman dahulu dapat dibedakan atas beberapa variasi sesuai dengan bahan tulisannya yang berbeda-beda, misalnya seperti yang tertulis pada batu, logam, daun, kertas saeh, pahat, palu, paku, pisau, pena, tinta, dan cara menulisnya pun langsung dengan menggunakan tangan, sehingga aksara sunda bersifat individual.
Masa pemakaiannya berlangsung lama sekitar 400 tahun, tingkat kecerdasan dan pengetahuan masyarakatnya berlainan, dan wilayah pemakaiannya cukup luas hampir seluruh Jawa Barat. Dalam hal ini, bentuk dan kelengkapan (ejaan) aksara Sunda yang ditulis pada batu dan logam, prasasti menunjukkan beberapa perbedaan dengan aksara Sunda yang ditulis pada daun (naskah).
Aksara Sunda yang ditulis pada naskah menggunakan alat tulis pisau (peso pangot) mengandung perbedaan dengan aksara yang ditulis menggunakan alat tulis seperti pena dan tinta, begitu pula bentuk aksara dan ejaannya yang ditulis pada prasasti Kawali pada abad ke-14 memiliki perbedaan dengan naskah yang ditulis abad ke-16 Sanghyang Siksa Kandang Karesian yang merupakan Pedoman Masyarakat Sunda dahulu.
Berdasarkan kelengkapan aksara konsonan, vokal, penanda vokal, angka, sistem pengaksaraan, dan kepraktisan pemakaiannya, saat ini model aksara Sunda yang ditulis pada naskah (daun, kertas saeh, pada abad ke-16 sampai ke-18) ditentukan sebagai Aksara Sunda Dasar bagi pemenuhan Peraturan Daerah nomor 6 tahun 1996 tentang “pengembangan aksara sunda”.
Aksara Sunda Baku
Kelengkapan dan struktur bentuk aksara (konsonan, vokal, dan lain-lain) pada kosa kata bahasa Sunda Kuno banyak dipengaruhi oleh bahasa Sansekerta dan aksara Palawa (Pra-Nagari) yang mengandung beberapa perbedaan dengan kelengkapan dan struktur bentuk aksara pada kosa kata bahasa Sunda di masa selanjutnya yang dipengaruhi oleh bahasa-bahasa Arab, Jawa, Melayu, Belanda, Indonesia, Jawa (Carakan), dan Latin.
Kenyataan tersebut mengharuskan aksara Sunda yang akan digunakan untuk menuliskan bahasa Sunda sesungguhnya terlebih dahulu perlu dilakukan pembakuan aksara dan ejaannya disesuaikan dengan tingkat kekayaan bahasa Sunda saat ini. Oleh karena itu, perlu dibuat dan ditetapkan hanya satu macam bentuk (model) aksara Sunda dan satu macam ejaan yang sesuai dengan khazanah bahasa Sunda sekarang serta situasi, kondisi, dan keperluan masyarakat Sunda masa kini ini dan masa datang.
Penyesuaian (modifikasi) dimaksud dilakukan terhadap jenis aksara manapun, kapanpun, dan oleh siapapun. Ejaan untuk menuliskan bahasa Sunda dengan aksara Latin pun telah mengalami beberapa kali perubahan. Berdasarkan hasil Lokakarya Aksara Sunda di Kampus Jatinangor Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran dan diskusi Tim Pengkajian Aksara Sunda di Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Barat.
Pada tahun 1998 lalu, sudah ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1, Jawa Barat Nomor: 434/ SK.614-Dis.PK/99 tanggal 16 Juni 1999. Disimpulkan, disepakati, dan ditetapkan bahwa penyesuaian (modifikasi) aksara Sunda untuk penulisan bahasa Sunda mutakhir didasarkan atas pedoman sebagai berikut:
Berdasarkan dari pedoman modifikasi yang sudah disebutkan di atas, kini disusunlah abjad aksara Sunda Baku beserta dengan ejaannya seperti batasan teknis seperti di bawah ini :
a. Silaba dan Vokal Mandiri
b. Penanda Bunyi
c. Angka
Abjad
Berbeda dengan aksara Latin dan aksara Arab yang abjadnya satu huruf (fonem), abjad aksara Sunda dan jenis aksara lain yang merupakan pengembangan dari aksara Palawa/Pra-Nagari berdasarkan satu suku kata (silabial). Dalam abjad aksara Sunda dibedakan antara Aksara Ngalagena, Vokal Mandiri, Penanda Bunyi, dan Angka.
“Aksara Ngalagena adalah lambang bunyi yang dapat dipandang sebagai fonem konsonan, tanpa tanda-tanda yang menyatakan fonem vokal”.
“Vokal Mandiri adalah lambang bunyi fonem vokal yang berdiri sendiri, umumnya digunakan pada posisi awal kata atau sukukata”.
“Pananda bunyi atau Rarangken adalah pelengkap Aksara Ngalagena yang berfungsi sebagai tanda vokalisasi untuk mengubah vokal yang mengikuti Aksara Ngalagena atau berupa tanda-tanda lainnya”.
“Angka adalah lambang bilangan yang memiliki nilai hitungan dari satu sampai nol”.
* Penanda Bunyi
Nama penanda bunyinya untuk:
Social Plugin