Dilihat dari sejarahnya, yang ada di daerah sukabumi, Jawa barat, disana terdapat prasasti tahun 1903, di prasasti tersebut dijelaskan bahwa ada beberapa pertimbangan pendapat mengenai tentang asal mula seni Angklung, yang berakar dari budaya masyarakat Sunda di Tanah Pasundan. Hal tersebut merujuk pada bukti budaya bahwa penyebaran kesenian angklung lebih merata di wilayah Tatar Pasundan.
Namun kenyataannya, ada beberapa wilayah diluar tatar pasundan yang juga memiliki alat musik sejenis angklung yang dapat ditemukan dalam beberapa tradisi di masyarakatnya, seperti misalnya angklung di masyarakat Ponorogo, Masyarakat Bali, Madura dan juga Kalimantan Barat.
Baca Juga:
Daftar Isi
Fungsi Angklung
Secara umum alat musik tradisional angklung awal mulanya memiliki fungsi sebagai alat musik untuk mengiringi upacara maupun ritual yang dilakukan oleh masyarakat sunda terdahulu. Ritual ini biasanya diadakan berkaitan dengan pertanian, yang merupakan bentuk rasa syukur dan penghormatan terhadap Dewi Sri atau Dewi Padi. Upacara ini merupakan bentuk dari kepercayaan masyarakat yang masih terjaga di beberapa tempat hingga saat ini.
Baca Juga:
Selain fungsi utamanya, pada masa sekarang angklung tidak hanya digunakan untuk upacara atau ritual adat saja, karna kini angklung telah berkembang dan bertransformasi mengikuti jaman, sehingga dapat di fungsikan sebagai alat pengiring diberbagai acara misalnya sebagai alat pengiring orkestra, pertunjukan seni, teater, acara pesta khitanan, perkawinan, arak-arakan, dan menjadi bahan pembelajaran di sekolah, tergantung dari jenis angklungnya.
Jenis-jenis angklung sendiri itu banyak sekali jenisnya, tentu saja setiap jenis angklung memiliki fungsinya masing-masing sesuai dengan adat istiadat, kepercayaan, disetiap daerah tersebut berada. Nah, berikut adalah 8 jenis angkulung beserta fungsinya dan cara memainkannya.
Baca Juga:
Angklung Kanekes merupakan jenis angklung kuno suku baduy atau orang kanekes, fungsi angklung kanekes digunakan sebagai alat seni pengiring dalam ritual atau upacara terhadap Nyi Pohaci, biasanya pada masyarakat kanekes atau suku baduy, mempercayai bahwa dengan menggantung angklung dan kolecer di area pesawahan, kemudian tertiup angin akan menimbulkan bunyi-bunyian akan dapat menghibur Nyi Pohaci. Namun, secara khusus fungsi musik angklung kanekes ini, juga digunakan dalam acara ngaseuk atau saat memulai bertanam benih padi dan ngunjal (menganggkut padi).
image source: sukabumidotcom.wordpress.com
Angklung jenis ini berasal dan berkembang di desa Sanding, daerah Malangbong Garut, Jawa barat. Angklung Badeng ini berfungsi sebagai sebuah seni pertunjukan atau seni tontonan dan juga difungsikan secara sosial, yakni angklung Badeng jenis ini lebih diperuntukan untuk misi agama Islam dan juga misi dalam progam pemerintah.
Difungsikan demikian karena terlihat jelas dalam keseluruhan teks nyanyiannya. Secara musikal seni angklung badeng ini dimainkan lebih ritmis bersamaan dengan koreografi gerak tari yang dikombinasikan dengan nyanyian yang unik. Pertunjukan Angklung ini terdiri dari tiga vokalis, 9 buah angklung, kecrek, 4 dogdog lojor dan dua terebang.
sumber gambar: metrum.co.id
Angklung badud secara historis masih digunakan dibidang pertanian yang erat kaitannya dengan fungsi ritual. Angklung badud dapat kita temukan di daerah Cijulang, Ciamis, Jawa barat. Angklung ini terdiri atas 6 dogdog lojor, 8 angklung dan kempul.
Namun, seiring berjalanya waktu, angklung jenis ini juga mengalami perubahan fungsional, yang awalnya hanya digunakan untuk upacara ritual pertanian, sekarang angklung badud juga memiliki fungsi yang bergeser menjadi seni pertunjukan.
Fungsi dari Angklung Buncis juga dahulunya digunakan untuk acara ritual atau upacara dalam proses pertanian, namun sekarang fungsinya cenderung lebih kepada hiburan. Angklung jenis ini biasanya ditampilkan dalam bentuk seni untuk mengisi acara arak-arakan, pernikahan, upacara khitanan, dan acara peringatan 17 agustus hari kemerdekaan Indonesia.
Secara musikal dari segi ritme dan melodinya, angklung jenis ini mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh seni gamelan dan juga lagu-lagu kawih. Saat ini keberadaan angklung buncis berada di daerah Ujung berung dan di desa Baros, Arjasari, Bandung, Jawa barat.
image source: detiknews.com
Fungsi dari Angklung Bungko biasanya dimainkan dalam upacara nadran, ngunjung ke Gunung Djati dan sedekah bumi. Selain itu, Angklung bungko ini pun dipercaya sebagai alat untuk menyebarkan agama Islam pada masa Syeh Bentong atau Ki Gede Bungko, yang merupakan tokoh masyarakat yang mampu menumpas bajak laut dan mensiarkan islam di tanah Cirebon, Indramayu. Angklung ini dipercaya oleh masyarakat sekitar sudah berumur 600 tahun dan Angklung jenis ini berada di desa Bungko, Cirebon, Jawa Barat.
Angklung Gubrag merupakan angklung yang berkembang di daerah Cipining, Bogor, Jawa barat. Fungsi dari angklung gubrag ini dulunya digunakan dalam upacara atau ritual penghormatan terhadap “Nyi Pohaci” atau ”Dewi Sri”, angklung jenis ini juga sudah mengalami perubahan dengan adanya penambahan instrumen seperti kempul, googng dan kecrek. Pertunjukannya pun tidak sebatas ritual padi, namun kini dimainkan pula pada pentas acara seperti upacara selametan desa dan hari-hari besar nasional lainya.
Penamaan angklung gubrag ini memiliki kisah yang diceritakan secara turun temurun mengenai sebuah musibah yang pernah menimpa desa Cipining ini, yakni kegagalan saat memanen padi. Kata gubrag atau ngagubrag berarti jatuh secara tiba-tiba, dan memunculkan bunyi yang mengagetkan.
Baca Juga:
Pelopor angklung jenis ini adalah Daeng Soetigna dengan angklung bernada diatonisnya, dan kemudian diteruskan oleh muridnya Udjo Ngalagena dengan mendirikan Saung Angklung Udjo. Selain angklung berlaras diatonis, selain itu di saung ini juga terdapat angklung berlaras pelog, salendro, dan madenda seperti angklung pada umunya.
Social Plugin